Selasa, 05 November 2013

Terorisme



JAKARTA, KOMPAS.com — Pola kaderisasi calon "pengantin" atau relawan bunuh diri yang ada saat ini tidak lagi menggunakan pola sentralistik. Pola sporadis (menyebar) dinilai lebih efektif dan efisien dalam penyebaran ajaran teroris. 

"Awalnya, para calon pengantin itu direkrut melalui sebuah operasi yang dipusatkan di Poso," kata Kapolres Poso AKBP Susnadi saat ditemui wartawan usai penutupan apel Kepala Satuan Wilayah (Kasatwil) yang diikuti jajaran kapolres se-Indonesia di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Rabu (4/9/2013).

Menurut Susnadi, kelompok teroris yang saat ini tersebar di sejumlah daerah merupakan binaan "alumnus" Poso. Para alumnus Poso ini dulunya juga merupakan hasil kaderisasi dari sejumlah daerah dengan pola lama, yakni sentralistik.

Setelah diberi sejumlah pelatihan, baik itu latihan perang maupun pembuatan bom, Susnadi mengatakan, para alumnus Poso itu langsung disebar ke sejumlah daerah untuk kembali melakukan perekrutan. Namun, bedanya, para alumnus Poso itu tidak perlu membawa para calon "pengantin" ke Poso terlebih dahulu untuk dibina.

"Mereka merekrut, kemudian diberi pelatihan di daerah itu, lalu mencari dana dan membuat bom juga di sana," katanya.

Pasca-insiden penembakan terhadap sejumlah polisi beberapa waktu lalu di Tangerang, Susnadi mengatakan jika ia langsung dihubungi Mabes Polri guna mencocokkan pelaku penembakan dengan pola kelompok teroris yang ada di Poso. Menurutnya, ada kesamaan pola antara pelaku penembakan dengan kelompok teroris yang ada di Poso.

"Mentornya ada di sana. Mereka itu mantan dari Afganistan dan Mindanao," terangnya.

Sumber : http://nasional.kompas.com/read/2013/09/04/2230163/Paham.Terorisme.di.Indonesia.Disebarkan.secara.Sporadis

Opini

Seharusnya pelayanan masyarakat lebih aktif lagi dalam menangani hal seperti ini, karena dampak seperti ini sangat merugikan masyrakat. dan kita sebagai masyarakat juga bila melihat sesuatu yang aneh di suatu tempat. langsung saja melapor kepada layanan masyarakat yang aktif.

Sex Bebas



Jakarta: Selain narkoba dan HIV/AIDS, seks bebas kini menjadi masalah utama remaja di Indonesia. Ini merupakan masalah serius karena jumlah remaja tergolong besar: 26,7 persen dari total penduduk. Hal itu dikatakan Pelaksana Tugas Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Subagyo di Jakarta, Rabu (28/11).
Penelitian Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia pada 2007 menemukan, perilaku seks bebas bukan sesuatu yang aneh dalam kehidupan remaja Indonesia.
Kementerian Kesehatan pada 2009 pernah merilis perilaku seks bebas remaja dari hasil penelitian di empat kota: Jakarta Pusat, Medan, Bandung, dan Surabaya. Hasilnya, sebanyak 35,9 persen remaja punya teman yang sudah pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Bahkan, 6,9 persen responden telah melakukan hubungan seksual pranikah.
BKKBN, kata Subagyo, sebagai institusi mempunyai fungsi sosialisasi pentingnya kesehatan reproduksi bagi remaja. Ini untuk mempersiapkan kehidupan berkeluarga terus meningkatkan berbagai program. Program GenRe (Generasi Berencana) adalah salah satu wadah edukasi itu.
(sumber: www.metrotvnews.com)

Opini

Sejak kecil seharusnya orang tua mengajarkan kepada anaknya bagaimana seharusnya sikapnya dalam setiap sikapnya. dan  dari kecil seharusnya sudah ditanami ibadah agar tidak mudah terjerumus hal yang tidak baik.