JAKARTA, KOMPAS.com — Pola kaderisasi
calon "pengantin" atau relawan bunuh diri yang ada saat ini tidak
lagi menggunakan pola sentralistik. Pola sporadis (menyebar) dinilai lebih
efektif dan efisien dalam penyebaran ajaran teroris.
"Awalnya, para calon pengantin itu direkrut melalui sebuah operasi yang dipusatkan di Poso," kata Kapolres Poso AKBP Susnadi saat ditemui wartawan usai penutupan apel Kepala Satuan Wilayah (Kasatwil) yang diikuti jajaran kapolres se-Indonesia di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Rabu (4/9/2013).
Menurut Susnadi, kelompok teroris yang saat ini tersebar di sejumlah daerah merupakan binaan "alumnus" Poso. Para alumnus Poso ini dulunya juga merupakan hasil kaderisasi dari sejumlah daerah dengan pola lama, yakni sentralistik.
Setelah diberi sejumlah pelatihan, baik itu latihan perang maupun pembuatan bom, Susnadi mengatakan, para alumnus Poso itu langsung disebar ke sejumlah daerah untuk kembali melakukan perekrutan. Namun, bedanya, para alumnus Poso itu tidak perlu membawa para calon "pengantin" ke Poso terlebih dahulu untuk dibina.
"Mereka merekrut, kemudian diberi pelatihan di daerah itu, lalu mencari dana dan membuat bom juga di sana," katanya.
Pasca-insiden penembakan terhadap sejumlah polisi beberapa waktu lalu di Tangerang, Susnadi mengatakan jika ia langsung dihubungi Mabes Polri guna mencocokkan pelaku penembakan dengan pola kelompok teroris yang ada di Poso. Menurutnya, ada kesamaan pola antara pelaku penembakan dengan kelompok teroris yang ada di Poso.
"Mentornya ada di sana. Mereka itu mantan dari Afganistan dan Mindanao," terangnya.
"Awalnya, para calon pengantin itu direkrut melalui sebuah operasi yang dipusatkan di Poso," kata Kapolres Poso AKBP Susnadi saat ditemui wartawan usai penutupan apel Kepala Satuan Wilayah (Kasatwil) yang diikuti jajaran kapolres se-Indonesia di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Rabu (4/9/2013).
Menurut Susnadi, kelompok teroris yang saat ini tersebar di sejumlah daerah merupakan binaan "alumnus" Poso. Para alumnus Poso ini dulunya juga merupakan hasil kaderisasi dari sejumlah daerah dengan pola lama, yakni sentralistik.
Setelah diberi sejumlah pelatihan, baik itu latihan perang maupun pembuatan bom, Susnadi mengatakan, para alumnus Poso itu langsung disebar ke sejumlah daerah untuk kembali melakukan perekrutan. Namun, bedanya, para alumnus Poso itu tidak perlu membawa para calon "pengantin" ke Poso terlebih dahulu untuk dibina.
"Mereka merekrut, kemudian diberi pelatihan di daerah itu, lalu mencari dana dan membuat bom juga di sana," katanya.
Pasca-insiden penembakan terhadap sejumlah polisi beberapa waktu lalu di Tangerang, Susnadi mengatakan jika ia langsung dihubungi Mabes Polri guna mencocokkan pelaku penembakan dengan pola kelompok teroris yang ada di Poso. Menurutnya, ada kesamaan pola antara pelaku penembakan dengan kelompok teroris yang ada di Poso.
"Mentornya ada di sana. Mereka itu mantan dari Afganistan dan Mindanao," terangnya.
Sumber : http://nasional.kompas.com/read/2013/09/04/2230163/Paham.Terorisme.di.Indonesia.Disebarkan.secara.Sporadis
Opini
Seharusnya pelayanan masyarakat lebih aktif lagi dalam menangani hal seperti ini, karena dampak seperti ini sangat merugikan masyrakat. dan kita sebagai masyarakat juga bila melihat sesuatu yang aneh di suatu tempat. langsung saja melapor kepada layanan masyarakat yang aktif.
Seharusnya pelayanan masyarakat lebih aktif lagi dalam menangani hal seperti ini, karena dampak seperti ini sangat merugikan masyrakat. dan kita sebagai masyarakat juga bila melihat sesuatu yang aneh di suatu tempat. langsung saja melapor kepada layanan masyarakat yang aktif.